Jumat, 20 September 2013



                                                                       

TUGAS TAFSIR TARBAWI II
Tujuan pendidikan
                                         

BAB1
PENDAHULUAN


Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya, sekalipun institusi-institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi-institusi tersebut masih belum memproduksi individu-individu yang beradab. Sebabnya, visi dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya manusia yang beradab, terabaikan dalam tujuan institusi pendidikan.
Dalam makalah ini penulis berusaha menggali dan mendeskripsikan tujuan pendidikan dalam Islam secara induktif dengan melihat dalil-dalil naqli yang sudah ada dalam al-Qur’an maupun al-Hadits, juga memadukannya dalam konteks kebutuhan dari masyarakat secara umum dalam pendidikan, sehingga diharapkan tujuan pendidikan dalam Islam dapat diaplikasikan pada wacana dan realita keyakinan.















BAB II
PEMBAHASAN
TUJUAN PENDIDIKAN
(Q.S.Ali Imran:138-139 & Q.S.Al Hajh:41)

Pendidikan memiliki ragam dalam definisinya, menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1989), pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (proses, perbuatan, dan cara mendidik).Tujuan pendidikan adalah hasil akhir yang ingin dicapai dari kegiatan yang dilakukan oleh pendidik terhadap anak didiknya serta tujuan dari pendidikan dalam konsep keislaman adalah mendekatkan diri kepada Allah, bukan pangkat dan bermegah-megah, dan hendaklah seorang pelajar itu belajar bukan untuk menipu orang-orang bodoh atau bermegah-megahan.Jadi pendidikan itu tidak keluar dari pendidikan Akhlak.

Q.S.Ali imran :138-139

 
 138. (Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
139. Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.





Mufradat ( kosa kata )


(Al-Qur’an) ini adalah penjelasan bagi manusia
هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ
Petunjuk
وَهُدًى
dan pengajaran
وَمَوْعِظَةٌ
bagi orang-orang yang bertakwa
لِلْمُتَّقِينَ
dan janganlah kamu merasa lemah
وَلَا تَهِنُوا
dan janganlah pula kamu bersedih hati
وَلَا تَحْزَنُوا
padahal kamu adalah orang yang paling tinggi (derajatnya)
وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْن
jika kamu (benar-benar) beriman
إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ










Kandungan dan penjelasan
Q.S.Ali imran 138-139
Al-Qur’an ini adalah penerang bagi manusia secara keseluruhan. Ini adalah kutipan peristiwa kemanusiaan  yang telah jauh berlalu, yang manusia sekarang tidak dapat mengetahuinya jika  tidak ada penerangan (penjelasan) yang menunjukannya. Akan tetapi, hanya segolongan manusia tertentu saja yang mendapatkan petunjuk di dalamnya, mendapatkan pelajaran dari padanya, mendapatkan manfaat dan menggapai petunjuknya. Mereka itu adalah golongan “muttaqin” yaitu orang-orang yang bertaqwa.
            Hal ini sesuai dangan firman Allah Surat Al-Baqarah ayat 2
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
“Kitab (AL-Qur’an) ini tidak ada kerguan padanya, petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa”
Selain itu Rasulullah bersabda:

عَنْ مَالِك أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّه
            “Dari Imam Malik, beliau menyampaikan sesungguhnya Rasullah SAW Bersabda: “Aku telah meninggalkan kepada kalian dua perkara, kamu takkan pernah tersesat selama kalian berpegang teguh pada keduanya yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnah Nabi.” 
            Surat Ali Imran ayat 138 juga memerintahkan untuk mempelajari sunnatullah atau yang biasa disebut oleh seorang ilmuwan yang bernama Alexis Carrel sebagai hukum-kukum kemasyarakatan/alam/materi. Hukum-hukum Alam yaitu hukum-hukum  yang bersifat umum dan pasti, tidak ada satu pun, di negeri manapun yang dapat terbebaskan dari sanksi bila melanggarnya. Manusia yang tidak bisa membedakan antara yang halal dan haram, yang baik dan buruk, mereka akan terbentur oleh malapetaka, bencana dan kematian.





 Ini semata-mata adalah sanksi otomatis, karena kepunahan adalah akhir dari mereka yang melanggar hukum-hukum alam. Tidak heran hal ini diungkap Al-Qur’an, karena Al-Qur’an mengatur kehidupan masyarakat dan berfungsi mengubah masyarakat dan anggota-anggotanya dari kegelapan menuju cahaya, dari kehidupan negatif menjadi positif.
            Pernyataan Allah: (Al-Qur’an) Ini adalah penjelasan bagi manusia  juga mengandung makna bahwa Allah tidak akan langsung menjatuhkan sanksi sebelum manusia mengetahui sanksi itu. Karena terlebih dahulu Allah akan memberikan petunjuk jalan dan peringatan (Hidayah-Nya).
Dan Janganlah kamu merasa lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati. Padahal kamu adalah orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu (benar-benar) beriman (139)
Uraian yang diantar oleh ayat sebelumnya yang menguraikan tentang adanya Sunnatullah atau hukum alam yang berlaku kepada manusia. Kalau pada perang uhud Kaum Muslimin tidak meraih kemenangan, bahkan menderita luka dan banyak yang mati syahid, walaupun dalam perang Badar mereka meraih kemenangan dan berhasil menawan dan membunuh sekian banyak lawan mereka, karena itu adalah bagian dari Sunnatullah. Namun demikian, mereka tidak perlu berputus asa. Karena itu, Janganlah kamu merasa lemah,menghadapi musuhmu dan musuh Allah, kuatkan jasmaninya dan janganlah kamu bersedih hati akibat apa yang kamu alami perang Uhud, atau peristiwa lain yang serupa, tapi kuatkan mentalmu untuk berusaha yang lebih baik.Padahal kamu adalah orang yang paling tinggi (derajatnya) di sisi Allah baik di dunia maupun akhirat, di dunia karena kamu memperjuangakan kebenaran dan di akhirat karena kamu akan mendapatkan surga. Jadi mengapa kamu bersedih hati sedangkan yang gugur diantara kamu akan menuju surga dan yang luka akan mendapat ampunan dari Allah SWT. Ini jika kamu (benar-benar) beriman, yakni jika keimanannya benar-benar mantap dalam hatinya.
Maka dari itu, kamu tidaklah perlu bersikap lemah dan bersedih hati atas apa yang menimpamu dan luput darimu karena kamu adalah orang-orang yang paling tinggi derajatnya. Aqidahmu lebih tinggi karena kamu hanya menyembah kepada Allah saja.


 Sedangkan mereka menyembah kepada selain Allah. Maka jika kamu benar-benar beriman maka kamu akan ditinggikan derajatnya dan tidak akan mersa sedih karena semua itu adalah sunnatullah yang bisa ditimpakan pada siapa saja yang Allah kehendaki. Akan tetapi, hanya kamulah yang akan mendapat akibat (balasan kebaikan) setalah berijtihad dan berusaha keras dalam menempuh ujian.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:          
“Orang mu’min yang kuat (hatinya) lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mu’min yang lemah dan didalam keduanya terdapat kebaikan (karena sama-sama beriman), dan bersemangatlah atas apa-apa yang akan bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu berputus asa dan jika kamu sedang mendapat cobaan maka janganlah kamu mengatakan : “seandainya aku berbuat seperti ini dan seperti itu” akan tetapi katakanlah “ini semua adalah kuasa Allah dan merupakan kehendak-Nya” karena sesungguhnya mengandai-andai akan membuka (pintu) godaan dari perbuatan syetan”.
Ayat ini menghendaki agar kaum muslimin jangan bersifat lemah dan bersedih hati, meskipun mereka mengalami kekalahan dan penderitaan yang cukup pahit pada perang Uhud, karena kalah atau menang dalam suatu peperangan adalah soal biasa yang termasuk dalam ketentuan Allah. Yang demikian itu hendaklah dijadikan pelajaran. Kaum muslimin dalam peperangan sebenarnya mempunyai mental yang kuat dan semangat yang tinggi jika mereka benar-benar beriman.Dapat juga dilihat dari sisi jalan dan hasil perang itu. Ketika mereka taat kepada Rasul, para pemanah tidak meninggalkan posisinya dan mereka berhasil menang serta mengkocar kacirkan kaum musyrik, bahkan membunuh dua orang lebih dari mereka. Tetapi ketika mereka melanggar perintah Rasul Saw, justru mereka yang kocar-kacir sehingga pada akhirnya gugur 70 orang lebih.




Munasabah
Sesungguhnya yang terjadi pada peristiwa perang Badar dan Uhud dan balasan bagi orang-orang yang beriman dan orang-orang kafir adalah merupakan sunnatullah pada makhluknya dengan menjelaskan hikmah dalam kemenangan dan kekalahan. Kebenaran pasti menang atas kebatilan sekalipun waktunya panjang. Hal itu telah terjadi pada pengikut para Nabi dan Rasul terdahulu. Kemenangan diberikan kepada mereka, sementara orang-orang kafir mendapatkan kebinasaan.
Hal itu  sebagaimana dijanjikan Allah kepada para Rasul-Nya
وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنا لِعِبادِنَا الْمُرْسَلِينَ، إِنَّهُمْ لَهُمُ الْمَنْصُورُونَ، وَإِنَّ جُنْدَنا لَهُمُ الْغالِبُونَ
Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul, (yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang. (QS. Ash-Shaffat:171-173)].
Pelajaran dalam ayat

1.      Akibat orang-orang yang mendustakan kebenaran adalah kerugian dan penderitaan.
2.      Ayat-ayat al-Qur’an mengandung petunjuk, penjelasan, dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa.
3.      Orang-orang yang beriman mempunyai derajat yang tinggi di dunia dan akhirat.

    Nilai nilai pendidikan dalam ayat

1.      Mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa sejarah masa lalu.
2.      Menanamkan mental spiritual dalam menghadapi lika-liku kehidupan.





Q.S.Al Hajj:41

 041. (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma`ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.



Mufradat (kosa kata )

Kedudukan mereka                                                                                             ﻣﻜﻨﻬﻢ
Mendirikan shalat                                                                                     أﻗﺎﻣﻮأﻟﺼﻠﻮة
Menunaikan zakat                                                                                    وءاﺗﻮاأﻟﺰﻛﻮة
Berbuat ma’ruf                                                                                             ﺑﺎﻟﻤﻌﺮوف
Mencegah mungkar                                                                                       ﻋﻦأﻟﻤﻨﻜﺮ

 






Kandungan dan penjelasan
Ayat ini menerangkan tentang keadaan orang-orang yang diberikan kemenangan dan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi; yakni Kami berikan mereka kekuasaan mengelola satu wilayah dalam keadaan mereka yang merdeka niscaya mereka melaksanakan shalat secara sempurna rukun, syarat, dan sunnah-sunnahnya dan mereka juga menunaikan zakat sesuai kadarnya. Serta mereka menyuruh anggota masyarakatnya agar berbuat yang ma'ruf serta mencegah dari yang munkar.Ayat di atas mencerminkan sekelumit dari ciri-ciri masyarakat yang diidamkan Islam, kapan dan di manapun, dan yang telah terbukti dalam sejarah melalui masyarakat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat beliau.Al-Qur'an mengisyaratkan kedua nilai di atas dalam firman-Nya dalam surah Ali Imran, ayat 104 yang berbunyi:
”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.
Ma'ruf adalah segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya. Di zaman era globalisasi ini pendidikan sangatlah penting bagi manusia, pendidikan adalah salah satu sarana bagi seseorang untuk menata hidupnya sedemikian rupa, tapi, dilihat dari kenyataannya, pendidikan di zaman modern ini tidak mampu membuat kehidupan social yang bermoral, apakah pendidikan sekarang sudah benar dan berkualitas ?.
Telah banyak institusi-institusi yang bergerak di bidang pendidikan yang memiliki fasilitas dan kualitas yang bagus, ternyata belum bisa menciptakan manusia-manusia yang beradab. Ini dikarenakan institusi-institusi pendidikan banyak menerapkan visi dan misi yang dibawa dari Negara bagian barat. Tidak ada lagi penanaman nilai-nilai kebaikan dan bermoral didalam institusi tersebut.Sekarang, institusi-institusi pendidikan kebanyakannya telah berubah menjadi industri bisnis yang mengajarkan manusia untuk bekerja supaya memperoleh kesenangan dan kemakmuran diri sendiri, perusahaan dan Negara, sehingga nilai-nilai moral sebagai manusia tak pernah diajarkan.Kaum muslimin pun telah terkena dampak dari pengaruh hegemoni dunia barat tersebut.


 Banyak kaum muslimin yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi, tetapi mereka tidak bisa menjadi muslim yang berakhlak mulia. Ini dikarenakan institusi pendidikan tempat mereka belajar dahulu menerapkan visi dan misi yang tidak sesuai dengan ajaran agama.
Inilah saatnya kita kembali kepada rujukan yang tidak ada cacatnya yaitu Al-Qur’an. Al-Quran ternyata lebih memiliki system yang lebih efektif dibandingkan system pendidikan dunia barat. Islam mempunyai tujuan utama yaitu “mendapatkan ridho Allah S.W.T”, diharapkan dengan diterapkan tujuan ini di dalam pendidikan, manusia bisa menjadi orang-orang yang bermoral, mempunyai kualitas, dan bermanfaat, tidak hanya buat diri sendiri tetapi juga buat keluarga, masyarakat, Negara, bahkan buat ummat manusia sedunia dengan landasan mendapatkan ridho Allah S.W.T.
Abdul Fatah Jalal menyatakan bahwa tujuan pendidikan yang dapat dilihat dari surat Al hajj ayat 41:
“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan”.
Ayat ini mengemukakan tentang tujuan pendidikan yang membentuk masyarakat yang diidam-idamkan, yaitu mempunyai pemimpin dan anggota-anggota yang bertakwa, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, menegakkan nilai-nilai ma’ruf (perkembangan positif) dalam masyarakat dan mencegah perbuatan yang munkar.Untuk itu hendaklah kita benahi pendidikan kita yang telah terpedaya dengan system yang dibuat oleh dunia barat. Dari sekarang hendaklah kita pada umumnya dan pendidik pada khususnya merubah tujuan pendidikan kita, yaitu untuk “mendapatkan ridho Allah S.W.T. dan menjadi hamba Allah yang patuh terhadap perintah-Nya”.apabila tujuan kita berlandaskan dengan ini, maka dunia akan terjamin keselamatannya, dan manusia akan mempunyai moral yang berakhlak mulia. Sehingga dapat kita capai tujuan akhir dari pendidikan seperti yang dikatakan oleh Muhammad Athiyah al- Abrasyi, yaitu: Terbinanya akhlak manusia.


Manusia benar-benar siap untuk hidup didunia dan diakhirat. Ilmu dapat benar-benar dikuasai dengan moral manusia yang mantap dan manusia benar-benar terampil bekerja di dalam masyarakat.




  























BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian dan penjelasan di atas, maka pemakalah dapat menyimpulkan bahwa Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah membentuk pribadi muslim yang sadar akan tujuan asal mula penciptaannya, yaitu sebagai abid (hamba). Sehingga dalam melaksanakan proses pendidikan, baik dari sisi pendidik atau anak didik, harus didasari sebagai pengabdian kepada Allah SWT semata, selain itu dalam setiap gerak langkahnya selalu bertujuan memperoleh ridho dari Yang Maha Kuasa.
Pendidikan Islam mempunyai misi membentuk kader-kader khalifah fil ardl yang mempunyai sifat-sifat terpuji seperti amanah, jujur, kuat jasmani dan mempunyai pengetahuan yang luas dalam berbagai bidang. Diharapkan akan terbentuk muslim yang mampu mengemban tugas sebagai pembawa kemakmuran di bumi dan “Rahmatan Lil Alamin“.  Secara umum tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani serta moral yang tinggi, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota masyarakat. Didalam Surat Ali Imran ayat 138-139 mengandung perintah untuk melakukan persiapan, menyediakan segala sesuatunya termasuk dengan tekad dan semangat yang benar, di samping keteguhan hati dan tawakkal kepada Allah. Supaya kita bisa meraih keberhasilan dan mendapatkan apa yang kita inginkan, serta dapat mengembalikan kerugian atau kegagalan-kegagalan yang telah diderita.Mewujudkan seorang yang selalu menegakkan kebenaran dan mencegah kemunkaran serta  Mewujudkan manusia yang selalu bertawaqqal pada Allah.









REFERENSI