TUGAS
TAFSIR TARBAWI II
“Tujuan
pendidikan”
BAB1
PENDAHULUAN
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang
benar dan berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang
akhirnya memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya, sekalipun
institusi-institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun
institusi-institusi tersebut masih belum memproduksi individu-individu yang
beradab. Sebabnya, visi dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya
manusia yang beradab, terabaikan dalam tujuan institusi pendidikan.
Dalam makalah ini penulis berusaha menggali dan
mendeskripsikan tujuan pendidikan dalam Islam secara induktif dengan melihat
dalil-dalil naqli yang sudah ada dalam al-Qur’an maupun al-Hadits, juga
memadukannya dalam konteks kebutuhan dari masyarakat secara umum dalam
pendidikan, sehingga diharapkan tujuan pendidikan dalam Islam dapat
diaplikasikan pada wacana dan realita keyakinan.
BAB II
PEMBAHASAN
TUJUAN PENDIDIKAN
(Q.S.Ali Imran:138-139 & Q.S.Al Hajh:41)
Pendidikan memiliki ragam dalam definisinya, menurut kamus
besar Bahasa Indonesia (1989), pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan (proses, perbuatan, dan cara mendidik).Tujuan
pendidikan adalah hasil akhir yang ingin dicapai dari kegiatan yang dilakukan
oleh pendidik terhadap anak didiknya serta tujuan dari
pendidikan dalam konsep keislaman adalah mendekatkan diri kepada Allah, bukan
pangkat dan bermegah-megah, dan hendaklah seorang pelajar itu belajar bukan
untuk menipu orang-orang bodoh atau bermegah-megahan.Jadi pendidikan itu tidak
keluar dari pendidikan Akhlak.
Q.S.Ali imran :138-139
138.
(Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta
pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
139. Janganlah kamu bersikap lemah, dan
janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling
tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.
Mufradat ( kosa kata )
(Al-Qur’an) ini adalah penjelasan bagi manusia
|
هَذَا بَيَانٌ
لِلنَّاسِ
|
Petunjuk
|
وَهُدًى
|
dan pengajaran
|
وَمَوْعِظَةٌ
|
bagi orang-orang yang bertakwa
|
لِلْمُتَّقِينَ
|
dan janganlah kamu merasa lemah
|
وَلَا تَهِنُوا
|
dan janganlah pula kamu bersedih hati
|
وَلَا تَحْزَنُوا
|
padahal kamu adalah orang yang paling tinggi
(derajatnya)
|
وَأَنْتُمُ
الْأَعْلَوْن
|
jika kamu (benar-benar) beriman
|
إِنْ كُنْتُمْ
مُؤْمِنِينَ
|
Kandungan
dan penjelasan
Q.S.Ali imran 138-139
Al-Qur’an ini adalah penerang
bagi manusia secara keseluruhan. Ini adalah kutipan peristiwa kemanusiaan yang telah jauh berlalu, yang manusia sekarang
tidak dapat mengetahuinya jika tidak ada penerangan
(penjelasan) yang menunjukannya. Akan tetapi, hanya segolongan manusia tertentu
saja yang mendapatkan petunjuk di dalamnya, mendapatkan pelajaran dari padanya,
mendapatkan manfaat dan menggapai petunjuknya. Mereka itu adalah golongan “muttaqin” yaitu orang-orang yang bertaqwa.
Hal ini sesuai dangan firman Allah Surat Al-Baqarah
ayat 2
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ
فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
“Kitab (AL-Qur’an) ini tidak ada kerguan padanya,
petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa”
Selain itu Rasulullah bersabda:
عَنْ
مَالِك أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ
نَبِيِّه
“Dari Imam Malik, beliau menyampaikan sesungguhnya
Rasullah SAW Bersabda: “Aku telah meninggalkan kepada kalian dua perkara, kamu
takkan pernah tersesat selama kalian berpegang teguh pada keduanya yaitu
Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnah Nabi.”
Surat Ali Imran ayat 138 juga memerintahkan untuk
mempelajari sunnatullah atau yang biasa disebut oleh seorang ilmuwan yang
bernama Alexis Carrel sebagai hukum-kukum kemasyarakatan/alam/materi.
Hukum-hukum Alam yaitu hukum-hukum yang bersifat umum dan pasti, tidak ada satu pun, di negeri manapun yang
dapat terbebaskan dari sanksi bila melanggarnya. Manusia yang tidak bisa
membedakan antara yang halal dan haram, yang baik dan buruk, mereka akan
terbentur oleh malapetaka, bencana dan kematian.
Ini semata-mata adalah sanksi otomatis, karena
kepunahan adalah akhir dari mereka yang melanggar hukum-hukum alam. Tidak heran
hal ini diungkap Al-Qur’an, karena Al-Qur’an mengatur kehidupan masyarakat dan
berfungsi mengubah masyarakat dan anggota-anggotanya dari kegelapan menuju
cahaya, dari kehidupan negatif menjadi positif.
Pernyataan Allah: (Al-Qur’an) Ini adalah penjelasan bagi manusia juga mengandung makna bahwa Allah tidak akan
langsung menjatuhkan sanksi sebelum manusia mengetahui sanksi itu. Karena
terlebih dahulu Allah akan memberikan petunjuk jalan dan peringatan
(Hidayah-Nya).
Dan
Janganlah kamu merasa lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati. Padahal kamu
adalah orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu (benar-benar) beriman
(139)
Uraian
yang diantar oleh ayat sebelumnya yang menguraikan tentang adanya Sunnatullah atau hukum alam yang berlaku kepada manusia. Kalau pada perang uhud Kaum
Muslimin tidak meraih kemenangan, bahkan menderita luka dan banyak yang mati
syahid, walaupun dalam perang Badar mereka meraih kemenangan dan berhasil
menawan dan membunuh sekian banyak lawan mereka, karena itu adalah bagian dari Sunnatullah.
Namun demikian, mereka tidak perlu berputus asa. Karena itu, Janganlah kamu merasa lemah,menghadapi musuhmu dan musuh Allah, kuatkan jasmaninya dan janganlah kamu bersedih hati akibat apa yang kamu alami perang Uhud, atau peristiwa
lain yang serupa, tapi kuatkan mentalmu untuk berusaha yang lebih baik.Padahal
kamu adalah orang yang paling tinggi (derajatnya) di sisi Allah baik di dunia maupun akhirat, di dunia
karena kamu memperjuangakan kebenaran dan di akhirat karena kamu akan
mendapatkan surga. Jadi mengapa kamu bersedih hati sedangkan yang gugur
diantara kamu akan menuju surga dan yang luka akan mendapat ampunan dari Allah
SWT. Ini jika kamu (benar-benar) beriman, yakni jika keimanannya benar-benar mantap dalam
hatinya.
Maka
dari itu, kamu tidaklah perlu bersikap lemah dan bersedih hati atas apa yang
menimpamu dan luput darimu karena kamu adalah orang-orang yang paling tinggi
derajatnya. Aqidahmu lebih tinggi karena kamu hanya menyembah kepada Allah
saja.
Sedangkan mereka menyembah kepada selain
Allah. Maka jika kamu benar-benar beriman maka kamu akan ditinggikan derajatnya
dan tidak akan mersa sedih karena semua itu adalah sunnatullah yang bisa
ditimpakan pada siapa saja yang Allah kehendaki. Akan tetapi, hanya kamulah
yang akan mendapat akibat (balasan kebaikan) setalah berijtihad dan berusaha
keras dalam menempuh ujian.
Diriwayatkan
oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW
bersabda:
“Orang
mu’min yang kuat (hatinya) lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada
orang mu’min yang lemah dan didalam keduanya terdapat kebaikan (karena
sama-sama beriman), dan bersemangatlah atas apa-apa yang akan bermanfaat bagimu
dan mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu berputus asa dan jika
kamu sedang mendapat cobaan maka janganlah kamu mengatakan : “seandainya
aku berbuat seperti ini dan seperti itu” akan tetapi katakanlah “ini semua
adalah kuasa Allah dan merupakan kehendak-Nya” karena sesungguhnya
mengandai-andai akan membuka (pintu) godaan dari perbuatan syetan”.
Ayat
ini menghendaki agar kaum muslimin jangan bersifat lemah dan bersedih hati,
meskipun mereka mengalami kekalahan dan penderitaan yang cukup pahit pada
perang Uhud, karena kalah atau menang dalam suatu peperangan adalah soal biasa
yang termasuk dalam ketentuan Allah. Yang demikian itu hendaklah dijadikan
pelajaran. Kaum muslimin dalam peperangan sebenarnya mempunyai mental yang kuat
dan semangat yang tinggi jika mereka benar-benar beriman.Dapat juga dilihat
dari sisi jalan dan hasil perang itu. Ketika mereka taat kepada Rasul, para
pemanah tidak meninggalkan posisinya dan mereka berhasil menang serta mengkocar
kacirkan kaum musyrik, bahkan membunuh dua orang lebih dari mereka. Tetapi
ketika mereka melanggar perintah Rasul Saw, justru mereka yang kocar-kacir
sehingga pada akhirnya gugur 70 orang lebih.
Munasabah
Sesungguhnya yang terjadi pada peristiwa
perang Badar dan Uhud dan balasan bagi orang-orang yang beriman dan orang-orang
kafir adalah merupakan sunnatullah pada makhluknya dengan menjelaskan hikmah
dalam kemenangan dan kekalahan. Kebenaran pasti menang atas kebatilan sekalipun
waktunya panjang. Hal itu telah terjadi pada pengikut para Nabi dan Rasul
terdahulu. Kemenangan diberikan kepada mereka, sementara orang-orang kafir
mendapatkan kebinasaan.
Hal itu
sebagaimana dijanjikan Allah kepada para Rasul-Nya
وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنا لِعِبادِنَا الْمُرْسَلِينَ، إِنَّهُمْ
لَهُمُ الْمَنْصُورُونَ، وَإِنَّ جُنْدَنا لَهُمُ الْغالِبُونَ
Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami
kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul, (yaitu) sesungguhnya mereka itulah
yang pasti mendapat pertolongan Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti
menang. (QS. Ash-Shaffat:171-173)].
Pelajaran dalam
ayat
1.
Akibat
orang-orang yang mendustakan kebenaran adalah kerugian dan penderitaan.
2.
Ayat-ayat
al-Qur’an mengandung petunjuk, penjelasan, dan pelajaran bagi orang-orang yang
beriman dan bertakwa.
3.
Orang-orang
yang beriman mempunyai derajat yang tinggi di dunia dan akhirat.
Nilai nilai pendidikan
dalam ayat
1.
Mengambil
pelajaran dari peristiwa-peristiwa sejarah masa lalu.
2.
Menanamkan
mental spiritual dalam menghadapi lika-liku kehidupan.
Q.S.Al Hajj:41
041.
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi,
niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang
ma`ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali
segala urusan.
Mufradat (kosa kata )
Kedudukan
mereka ﻣﻜﻨﻬﻢ
Mendirikan shalat أﻗﺎﻣﻮأﻟﺼﻠﻮة
Menunaikan zakat وءاﺗﻮاأﻟﺰﻛﻮة
Berbuat ma’ruf ﺑﺎﻟﻤﻌﺮوف
Mencegah mungkar ﻋﻦأﻟﻤﻨﻜﺮ
Kandungan dan penjelasan
Ayat ini menerangkan tentang keadaan orang-orang yang
diberikan kemenangan dan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi; yakni
Kami berikan mereka kekuasaan mengelola satu wilayah dalam keadaan mereka yang
merdeka niscaya mereka melaksanakan shalat secara sempurna rukun, syarat, dan
sunnah-sunnahnya dan mereka juga menunaikan zakat sesuai kadarnya. Serta mereka
menyuruh anggota masyarakatnya agar berbuat yang ma'ruf serta mencegah dari
yang munkar.Ayat di atas mencerminkan sekelumit dari ciri-ciri masyarakat yang
diidamkan Islam, kapan dan di manapun, dan yang telah terbukti dalam sejarah
melalui masyarakat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat beliau.Al-Qur'an
mengisyaratkan kedua nilai di atas dalam firman-Nya dalam surah Ali Imran, ayat
104 yang berbunyi:
”Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang
yang beruntung”.
Ma'ruf adalah segala perbuatan yang
mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang
menjauhkan kita dari pada-Nya. Di
zaman era globalisasi ini pendidikan sangatlah penting bagi manusia, pendidikan
adalah salah satu sarana bagi seseorang untuk menata hidupnya sedemikian rupa,
tapi, dilihat dari kenyataannya, pendidikan di zaman modern ini tidak mampu
membuat kehidupan social yang bermoral, apakah pendidikan sekarang sudah benar
dan berkualitas ?.
Telah
banyak institusi-institusi yang bergerak di bidang pendidikan yang memiliki
fasilitas dan kualitas yang bagus, ternyata belum bisa menciptakan
manusia-manusia yang beradab. Ini dikarenakan institusi-institusi pendidikan
banyak menerapkan visi dan misi yang dibawa dari Negara bagian barat. Tidak ada
lagi penanaman nilai-nilai kebaikan dan bermoral didalam institusi
tersebut.Sekarang, institusi-institusi pendidikan kebanyakannya telah berubah
menjadi industri bisnis yang mengajarkan manusia untuk bekerja supaya
memperoleh kesenangan dan kemakmuran diri sendiri, perusahaan dan Negara,
sehingga nilai-nilai moral sebagai manusia tak pernah diajarkan.Kaum muslimin
pun telah terkena dampak dari pengaruh hegemoni dunia barat tersebut.
Banyak kaum muslimin yang mempunyai tingkat
pendidikan yang tinggi, tetapi mereka tidak bisa menjadi muslim yang berakhlak
mulia. Ini dikarenakan institusi pendidikan tempat mereka belajar dahulu menerapkan
visi dan misi yang tidak sesuai dengan ajaran agama.
Inilah
saatnya kita kembali kepada rujukan yang tidak ada cacatnya yaitu Al-Qur’an.
Al-Quran ternyata lebih memiliki system yang lebih efektif dibandingkan
system pendidikan dunia barat. Islam mempunyai tujuan utama yaitu “mendapatkan
ridho Allah S.W.T”, diharapkan dengan diterapkan tujuan ini di dalam
pendidikan, manusia bisa menjadi orang-orang yang bermoral, mempunyai kualitas,
dan bermanfaat, tidak hanya buat diri sendiri tetapi juga buat keluarga,
masyarakat, Negara, bahkan buat ummat manusia sedunia dengan landasan
mendapatkan ridho Allah S.W.T.
Abdul
Fatah Jalal menyatakan bahwa tujuan pendidikan yang dapat dilihat dari surat Al
hajj ayat 41:
“(yaitu)
orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya
mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan
mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala
urusan”.
Ayat
ini mengemukakan tentang tujuan pendidikan yang membentuk masyarakat yang
diidam-idamkan, yaitu mempunyai pemimpin dan anggota-anggota yang bertakwa,
melaksanakan shalat, menunaikan zakat, menegakkan nilai-nilai ma’ruf
(perkembangan positif) dalam masyarakat dan mencegah perbuatan yang
munkar.Untuk itu hendaklah kita benahi pendidikan kita yang telah terpedaya
dengan system yang dibuat oleh dunia barat. Dari sekarang hendaklah kita pada
umumnya dan pendidik pada khususnya merubah tujuan pendidikan kita, yaitu untuk
“mendapatkan ridho Allah S.W.T. dan menjadi hamba Allah yang patuh terhadap
perintah-Nya”.apabila tujuan kita berlandaskan dengan ini, maka dunia akan
terjamin keselamatannya, dan manusia akan mempunyai moral yang berakhlak mulia.
Sehingga dapat kita capai tujuan akhir dari pendidikan seperti yang dikatakan
oleh Muhammad Athiyah al- Abrasyi, yaitu: Terbinanya akhlak manusia.
Manusia
benar-benar siap untuk hidup didunia dan diakhirat. Ilmu dapat benar-benar
dikuasai dengan moral manusia yang mantap dan manusia benar-benar terampil
bekerja di dalam masyarakat.
BAB
III
KESIMPULAN
Dari uraian dan penjelasan di atas, maka pemakalah dapat menyimpulkan bahwa Tujuan utama
dalam pendidikan Islam adalah membentuk pribadi muslim yang sadar akan tujuan
asal mula penciptaannya, yaitu sebagai abid (hamba). Sehingga
dalam melaksanakan proses pendidikan, baik dari sisi pendidik atau anak didik,
harus didasari sebagai pengabdian kepada Allah SWT semata, selain itu dalam
setiap gerak langkahnya selalu bertujuan memperoleh ridho dari Yang Maha Kuasa.
Pendidikan Islam mempunyai misi membentuk kader-kader khalifah
fil ardl yang mempunyai sifat-sifat terpuji seperti amanah, jujur, kuat
jasmani dan mempunyai pengetahuan yang luas dalam berbagai bidang. Diharapkan
akan terbentuk muslim yang mampu mengemban tugas sebagai pembawa kemakmuran di
bumi dan “Rahmatan Lil Alamin“.
Secara umum tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang sehat
jasmani dan rohani serta moral yang tinggi, untuk mencapai kebahagiaan dunia
dan akherat, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota masyarakat. Didalam Surat Ali Imran ayat
138-139 mengandung perintah untuk melakukan persiapan, menyediakan segala
sesuatunya termasuk dengan tekad dan semangat yang benar, di samping keteguhan
hati dan tawakkal kepada Allah. Supaya kita bisa meraih keberhasilan dan mendapatkan
apa yang kita inginkan, serta dapat mengembalikan kerugian atau
kegagalan-kegagalan yang telah diderita.Mewujudkan seorang yang selalu menegakkan kebenaran dan
mencegah kemunkaran serta
Mewujudkan manusia yang selalu
bertawaqqal pada Allah.
REFERENSI